Beyond Godlike : Merapi (Episode I)

Dimulai dengan kumpul syantik di rumah Kak Ino sore itu, disuguhin kopi item yang ajib. Sambil re-packing barang-barang bawaan dan menunggu Kak Reza yang lamanya kaya menunggu kepastian. Huft.

Kita ber-enam, kenalin dulu; Kak Diki yang dari lampung, orangnya grapyak. Kak Beni yang suka ngomong sendiri. Anis, temen kost yang hobinya naklukin gunung-gunung, tapi kok belum bisa naklukin hatinya sih *emot syedih*. Kak Ino, dulunya yang pernah di pedalaman Papua sebagai pengajar. Dan ini adalah pengalaman mendaki pertamanya. Kemudian Kak Reza, selain badannya gendut, gue nggak tau apa-apa lagi tentang doi. Dan gue sendiri, striker Girls Generation, Rika. Yakale, Girls Generation itu klub sepak bola. 

Sebagai pendaki freelance, gue mah nggak peduli mau mendaki ama siapa aja. Asal kompak dan bisa bawa suasana dan jangan bawa perasaan aja ye. 
Udah ngumpul, pulang aja yuk?


...Merapi...

Adalah gunung yang pengen bingits gue daki, selain deket dari tempat tinggal. Merapi juga fabulous banget kalo dari kejauhan. Beragam cerita mistis tentang Gunung Merapi juga gue denger, si pacar sendiri juga udah wanti-wanti. Tapi mau gimana lagi namanya juga pengen bingits. Yekan yekan? *pokoknya cewek selalu benar* *maapin ya thayank akooowh*

Jam 21.00 - Sampai di Basecamp New Selo.

Bayangan gue bakal ada tempat gue bersandar, makan-makan cantik, melepas penat dan bercerita haha hihi dengan teman sepermainan. Ternyata pipis aja nggak ada air, toilet cuma ada 2. Basecamp cuma ada beberapa dan itu udah penuh banget. Kita bagaimana? Kita tetep donk dapet tempat dan bisa tidur cantik.. Muehehehe. Ya walaupun berisik banget, namanya juga basecamp kan ya.

Jam 12.30 - Setelah abis re-packing, berdoa, kita mulai berangkat.

Tanjakan pertama masih ramah (ramah ndyasmu! *teriak gue dalem hati*) ladang penduduk dan masih setapak imyut. Ladang tembakau dan sayuran di kanan kiri yang bikin gue pengen mencuri untuk mama dirumah. 

Kemudian kita memasuki jalanan tanah yang terus menanjak, dan memasuki hutan lebat dan membuat keringat mulai keluar. Debu dimana-mana dan kita WAJIB memakai masker dan kacamata.  Kita menuju gerbang Taman Nasional Gunung Merapi yang dimana ada tulisan dan papan perkiraan jam menuju POS I ke POS II kemudian ke Pasar Bubrah dan menuju puncak. 

Dari Gerbang ke Pos I sekitar sejam, jalan menanjak terjal, NO BONUS AT ALL! Gilaks! Jalanan pasir yang tebal dan semakin membuat pandangan semakin nggak jelas kita kudu ati-ati pake banget. 

Kemudian sampe Pos I, terdapat pendopo untuk duduk-duduk disana. Pemandangan indah mulai terlihat disini. Merbabu kelihatan syahdu dan bulan purnama semakin cantik. Melanjutkan perjalanan ke Pos II yang kebetulan ada dua jalan. Kita memutuskan untuk memilih ke kanan jalan yang melewati pinggir jurang curam dan kalo elo mlengse dikit... DIE. Not die, you will comma after 3 days then die. Astafirllah. 

Di jalan ini kesabaran kita mulai diuji, selain kita nggak papasan atau barengan sama pendaki lain yang kesannya seperti "nyasar" di sebelah kanan kita adalah jurang dan jalannya sempit banget. Lewat trek ini banyak bonus akan tetapi tetap waspada dengan jurang-jurang cantik. Kemudian memasuki trek terjal lagi dan lagi dan terus menerus. Setelah kecapekan akhirnya kita berhenti in the middle of nowhere sambil melihat ke arah bintang-bintang banyak banget! Dan gue lihat beberapa bintang jatuh dan make a wish. Gue cuma berdoa pengen selamet pendakian kali ini. Sumpah gue capek! Naik gunung kok mesti gini-gini amat Ya ALLAH. 

Pendakian Merapi ini cukup adventurous banget, kaya gue. Sok adventurous ding kalo gue. Seru, iya. Bahaya, pake banget. Memacu adrenaline, dan serasa gak sampe-sampe. Susah, berat dan capek pasti iya. Pokoknya kaya mencari cinta sejati. Banyak halangan dan hambatan untuk mendapatkan seseorang yang cocok buat kita. Ahelaah.. Bye.

Jam 05.00 - Pos II

Udah ada lampu headlamp dari kejauhan, itu tandanya.. POS II! Bener! Terima kasih Ya ALLAH! Sebelum kita menuju Pasar Bubrah.  Kita berhenti in the middle of nowhere buat istirahat sambil ngopi-ngopi syantik dulu menikmati sunset yang bentar lagi nongol.

Keindahan sesungguhnya adalah lo bisa jadi jadi saksi matahari nongol dari atas gunung. BEDA BANGET. SUBHANALOVE. 

Subhanalove

"Pasar Bubrah itu kita naik kesana, dan dibalik batu besar itu udah nyampe kok..", kata salah satu teman.

Dimana-mana narsis donk


Setelah foto-foto sepuasnya disini dan minum-minum syantik, kita bersiap menuju pasar Bubrah dan membersihkan sampah. Sekali lagi gue ingetin, SAMPAH DIBAWA PULANG! 
Minum syantik

Gue sebenernya udah cari tau Pasar Bubrah tuh gimana. Banyak bebatuan disana dan tepat dibawah puncak Merapi. Tapi, tetep gak afdol kalo nggak lihat langsung kan ya?

Menuju Pasar Bubrah, batuan yang keliatan kuat tapi ternyata rapauh :(


Trek menuju Pasar Bubrah ini Mashaallah, susahnya! Bebatuan yang terlihat kokoh, tapi ternyata kalo diinjek rapuh. Ya kaya gue. Fisiknya aja keliatan tegar, tapi hatinya gampang rapuh. Okay bye..

bebeb gemesh ala-ala dulu ya pake background Merbabu. 
 
Ala-ala part II

Kita mesti ati-ati banget karena kalo kejatuhan bebatuan yang rapuh tadi gue bisa bisa lupa ingatan. Minimal gue bakal nanyain, siapa gue? Apakah gue aslinya seorang putri dari sebuah kerajaan? Ok, kita skip dulu menye-menyenya. 


PASAR BUBRAH!  

(Karena demi keselamatan, semua pendaki sebenarnya dilarang mendaki sampai puncak. Tapi beberapa nekad untuk naik ke puncak. Rombongan kami hanya sampe di Pasar Bubrah kok tapi udah keren banget).

WOW! 

Puncak Merapi terlihat jelas dibungkus langit biru nan cerah. Dan banyak sekali yang ngecamp disana. Kalo kita memutar badan, terlihat Gunung Merbabu tampak berdiri gagah didepan mata sejajar dengan puncaknya.

Itu puncaknya gaes! OMAIGAT OMAIGAT
 
AJIB!! *Nggak tau pengen nangis nulis artikel kali ini*

"Ini Merapi? Gue lagi berdiri di atasnya? Ini yang gue selalu liat puncaknya dijalan waktu pulang kantor?", gumam gue.

nah ini nih pasar bubrah...

Walaupun sampe Pasar Bubrah doank, tapi menurut gue Merapi itu keren banget. Kece parah dan memacu adrenaline. Akhirnya rombongan kecapekan dan tidur di dekat batu monumen. Sambil memandangi Puncak Merapi, ada juga yang foto-foto ria karena pemandangannya numero uno. Karena lo nggak bakal ngerasain keindahan alam seperti ini tanpa ada pengorbanan di dalamnya. 

Sebelah barat Pasar Bubrah

besties Merapi

Difoto pake kamera yang nempel di bebatuan :|

Menantang matahari

Matahari semakin naik, dan kita semua mulai kecapekan dan kepanasan. 

Seperti sebelumnya, kita udah keenakan di atas sini. 

Pulangnya GIMANA?!




Komentar

Postingan Populer