Hey sahabatku..

Hey, sahabatku...

Aku pernah bahagia dan pernah melupakanmu waktu itu, tapi kamu nggak pernah marah. Kamu malah selalu bertanya apa kabarku dan bagaimana lanjutan ceritaku.

Saat aku bahagia, aku merasa bisa terbang ke awan dengan kedua sayapku. Dan kamu, sahabatku, kamu hanya memandanginya dari bawah karena kamu nggak bisa ikut terbang berasama kebahagiaanku. Kamu bahagia dengan cara yang lain.

Aku juga ingat kalo kamu sering kali mengingatkanku hati-hati karena siapa tahu aku jatuh karena sesuatu yang nggak terduga.

Dan itupun terjadi.

Hey, sahabatku, aku benar-benar jatuh, aku terbang terlalu tinggi dan tak menghiraukan kalo kebahagiaanku sendiri bisa menjatuhkanku. Iya, aku tertembak, di kedua sayapku. Hal yang terduga datang tiba-tiba, dialah peluru yang menerobos diantara bulu-bulu sayapku. Aku terjatuh dari langit, saat kamu lagi nggak ada ditempat dimana aku akan terjatuh. 

Tapi saat itu kamu nggak lupa mencariku dan mencoba menolongku, walopun kadang aku nggak pengen ditemukan karena aku takut ketemu kamu. Aku takut disalahkan, karena kurang berhati-hati. Tapi kamu nggak begitu, sahabatku. Kamu nggak seperti orang-orang yang selalu nyalahin aku karena aku kurang hati-hati. Orang-orang yang nggak tahu bagaimana aku bisa terbang dan bisa terjatuh. Karena mereka hanya tahu, bagaimana mengomentari tanpa menolong. 

Tapi kamu ada disana sahabatku, kamu yang tahu bagaimana cerita yang aku lalui karena kamu selalu dengerin ceritaku, walopun aku tau kamu muak dan bosen denger ceritanya. Dan tak satu kata pun kamu menyalahkan atas apa yang aku perbuat. 

Hey sahabatku, terima kasih, kamu telah membuatku bangkit lagi, bukan dengan mengobati luka sayap-sayapku buat aku bisa terbang lagi. Tapi kamu menuntunku jalan dan bangkit lagi.

Dan sesekali kamu menasehatiku akan apa yang telah terjadi, salah satunya aku harus sadar kalo aku nggak layak terbang terlalu tinggi. Katanya, karena aku bukan kalangan mahluk yang bisa terbang tinggi, hehehe.. Aku harus tahu diri untuk tahu siapa aku sebenarnya. Kata-katamu memang sungguh perih sahabatku, tapi sama sekali aku nggak marah dan tersinggung. Memang hanya kamu yang layak bilang begitu, karena kamu tahu bagaimana perihnya sakit yang aku jalani. Bagaimana aku berusaha bangkit, dan bagaimana aku berpura-pura aku nggak sakit. Cuma kamu yang layak bilang begitu.

Maaf sahabatku..

Aku belum bisa membalas semuanya, atas semua pertolonganmu untuk bangkit lagi. Aku juga kerap berjanji, nggak akan mengulangi kesalahan yang sama tapi akhirnya aku mengingkarinya. 

Aku juga kadang nggak ada saat kamu butuh aku, tapi serius aku berusaha untuk selalu ada buat kamu.

Hey sahabatku,

Aku nggak menyangka, seorang aku yang sama diri sendiri aja kadang nggak yakin bahwa aku punya sahabat. Tapi karenamu, aku sadar ternyata aku masih punya sahabat sepertimu. Walopun kamu nggak selalu ada disampingku. Thanks for everything., you mean something for me.

:)

Komentar

Postingan Populer